Aksesibilitas Yang Membingungkan
Tulisan ini adalah untuk menjawab pertanyaan seorang teman dan mungkin
beberapa teman yang sedang galau dengan tesis yang sedang dikerjakan
aku merasa selalu diberi
masukan yang berbeda setiap kali aku bertanya sebuah pertanyaan yang sama
(walaupun pertanyaan itu untuk orang yang sama dan dijawab dengan orang yang
sama pula, tapi ganti hari ganti jawaban)...namun setelah berkali-kali aku
diskusi dengan beliau, ada beberapa kesimpulan yang dapat kuambil, yaitu:
1.
Masalah
aksesibilitas, yang kupahami mengenai akses adalah akses dalam kerangka
geografi yaitu kemudahan manusia dalam menjangkau sesuatu..(berhubungan dengan
jarak, cakupan area, dll)..makanya dulu aku pernah dibilang sama “beliau” kalo
aku ngeyel gara2 aku mempertahankan pendapatku tentang akses masyarakat
terhadap IPAL, menurut beliau aku baru membahas PI nya..sementara PM nya tidak
ada. Ternyata menurut beliau akses adalah kemampuan masyarakat untuk
meningkatkan kapasitasnya dengan menggunakan infrastruktur yang telah dibangun.
Misalnya dalam contoh tesisku:
Tujuan pembangunan IPAL komunal: meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk mengolah limbah mereka sendiri.
Aksesnya adalah apakah dengan diberikannya
infrastruktur IPAL komunal kemampuan masyarakat untuk mengolah limbah dapat
meningkat? Atau justru tidak?
Jadi bukan berapa banyak masyarakat yang dapat
mengakses infrastruktur IPAL, kalau berfikirnya seperti itu berarti hanya mengelola infrastruktur. Comdev nya
belum ada.
Inti: yang kita teliti adalah perubahan respon
masyarakat setelah ada infrastruktur, untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah
ini:
Hipotesisnya: dengan diberikannya infrastruktur
maka ada peningkatan kapasitas masyarakat (dari A ke B dan dari C ke D)
Beliau juga seringkali bilang, dalam penelitian
tesis MICD adalah meneliti hubungan pengelolaan infrastruktur dengan
pembangunan masyarakat, oleh karena itu akan lebih mudah jika infrastruktur
yang akan diteliti sudah given.
2.
Kebingunganku
kedua adalah ketika diberikan conceptual framework yang kedua, waktu kita
kuliah terakhir di studio.
Maaf setelah kucari-cari ternyata file tentang
conceptual framework (cf) yang kedua tidak ada (mungkin aku belum copy :D )
Nah di cf yang kedua itu kita seakan dipaksa untuk
menyebutkan beberapa infrastruktur yang berkaitan dengan penelitian kita. Karena
waktu itu yang beliau contohkan adalah desa Karang Tengah maka setting yang
melatar belakangi dalam cf Karang Tengah adalah agropolitan. Maka dapat
disebutkan beberapa infrastruktur yang telah ada untuk mensupport pegembangan
kawasan agropolitan misalnya jalan, instalasi air minum, pasar, dll. Lalu jika
kukaitkan dengan tesisku yang hanya menganalisis infrastruktur tunggal, maka
akan sangat kesulitan, karena cf yang cocok untuk penelitianku adalah cf yang
tergambar di atas itu. Lalu aku berfikir apakah beliau ingin mengarahkan
penelitian kita ke konsep regional planning? (ini juga sempat ku diskusikan
dengan pak iwan aminto ardi calon pemilik kalimilk, hehe). Lalu kalau bener ini
harus regional planning, maka sudah kupastikan aku harus ganti tema untuk yang
ke tiga kalinya (haha). Tapi ternyata (ini baru dugaanku), beliau hanya “testing
the water”...karena respon kita kurang baik (malah semakin banyak muka2
semrawut), maka pembahasan itu tidak dilanjutkan lagi.
Jadi kesimpulanku kita masih boleh pakai cf yang
pertama itu (yang sudah berkali-kali diterangkan sejak kita masih di blok A)
Comments
Post a Comment