Instalasi Pengelolaan Limbah Terpusat Di Indonesia Cuma Ada 11???
Limbah merupakan konsekuensi logis dari aktifitas manusia.
Air yang kita minum, untuk mandi, untuk mencuci, untuk keperluan industri pada
akhirnya semua akan dibuang sebagai limbah. Kemanakah limbah ini mengalir
setelah melewati saluran pembuangan di rumah kita? Kalo di Indonesia
mengalirnya ya lewat selokan-selokan. Trus setelah ke selokan kemana lagi? Hehehe..mungkin
ga penting kali ya mengikuti kemana air limbah mengalir..tapi ini akan sangat
penting sekali diketahui untuk menjaga keseimbangan alam yang kita huni ini,
untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan alias sustainable
development..hehehe (lain kali tentang sustainable development kita bahas di
halaman tersendiri). Pernah lihat film kura-kura ninja kan ya? Nah mereka
tinggal dimana itu? Kalo di indonesia mungkin disebut gorong-gorong..nah itulah
yang dinamakan sewerage atau infrastruktur pengelolaan limbah yang dibangun di bawah
tanah dan merupakan sistem terpusat, gunanya untuk mengolah limbah yang
dihasilkan oleh penduduk kota di atasnya. Mari kita tengok infrastruktur pengelolaan
limbah yang ada di Indonesia. Di Indonesia dinamakan Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL). Infrastruktur IPAL sangat berguna untuk mengolah limbah agar
limbah dapat diterima kembali oleh lingkungan. Karena sangat penting tentunya
infrastruktur ini harusnya ada di setiap kota. Tetapi, coba kita lihat data
yang ada dalam Permen PU no 16 Tahun 2008 tentang kebijakan IPAL, disitu
disebutkan bahwa di seluruh Indonesia jumlah IPAL terpusat hanya ada di 11 kota
dengan jumlah layanan yang masih rendah. Salah satu kota yang beruntung
mempunyai IPAL terpusat adalah Kota Surakarta.
Kota Surakarta yang menurut Sensus Penduduk tahun 2010
memiliki jumlah penduduk sekitar 500 ribuan orang ini merupakan kota terpadat
di Jawa Tengah. Kota ini memiliki IPAL dengan sistem terpusat, tetapi baru melayani 11 % dari total penduduk, sementara itu total layanan yang dapat diberikan oleh infrastruktur ini hanya 40%. Lalu bagaimana 60 % penduduk yang lain yang tidak tercakup layanan limbah ini?
Mengapa infrastruktur IPAL hanya ada di 11 kota? jawabannya ternyata sangat klasik, yaitu karena investasinya sangat mahal, 11 IPAL terpusat yang tadi sudah disebutkan tidak semuanya dibangun sendiri, ada yang karena peninggalan Belanda, karena dapat hibah dari Jepang (IPAL Sewon, Bantul, DIY). Masalah lain adalah dalam pembangunan IPAL terpusat juga sangat tergantung dengan topografi wilayah. Kenapa demikian? karena untuk mengalirkan limbah dari timbulan limbah ke kolam penampungan menggunakan prinsip gravitasi, sehingga idealnya IPAL dibangun di daerah di bangun ditempat yang topografinya lebih rendah dari daerah lain disekitarnya. Nah untuk menemukan tempat yang sesuai ini kadang agak susah. Lalu bagaimana agar masyarakat mendapat layanan pengelolaan air limbah?
Sesuai dengan Permen PU no 16 tahun 2008 tentang kebijakan air limbah, pemerintah lokal diharapkan mengembangkan infrastruktur IPAL komunal, melalui pembangunan ini diharapkan makin banyak msyarakat yang mendapatkan akses kepada infrastruktur pengelolaan air limbah. Bagaimana keberjalanan pengembangan IPAL komunal? bagaimana pendayagunaan IPAL komunal? bagaimana dampaknya terhadap pembangunan msyarakat? Hal ini masih perlu banyak dilakukan penelitian.
Comments
Post a Comment